Kamis, 08 Desember 2016

Growol Mozarela Why Not Lah

Seorang kawan membawa growol saat kunjungannya ke Warung KaTa Pusur. Kami memang biasa membawa makanan lokal dari setiap desa untuk kita nikmati bersama. Ternyata hanya beberapa orang saja yg akrab dengan makanan lokal growol. Padahal kandungan dan khasiatnya banyak lho. Membuat wareg tentunya!

Ki panganan opo growol? pertanyaan dasar banyak orang kota.

Makanan khas Kulon Progo, terbuat dari singkong, alternatif pengganti nasi, rasanya hambar atau gurih. Modifikasi growol saat ini ditambah rasa manis dan aneka rasa. Umumnya growol akan disajikan dengan besengek (ditulis dalam Serat Centhini 1814), pentho (kelapa muda dicampur telur - masuk dalam daftar huntingan berikutnya nih), kethak (endapan pengolahan minyak kelapa. galendo istilah di Jawa Barat), serundeng dan tempe benguk. 

Panganan lokal kita tuh jenisnya banyak utamanya aneka olahan singkong. Growol ini salah-satunya yg pantas dilirik karena keunikan rasa dan khasiatnya. Orang dulu mewariskan aneka resep yg sesuai dengan kondisi alam, hasil adaptasi puluhan tahun. Growol adalah bukti kecanggihan teknologi fermentasi masyarakat perdesaan. Kadar gula rendah, cepat kenyang, surah dan mudah didapat, makanan alternatif selain beras, gak mainstream banget, perut tidak sebah komentar beberapa orang. 

Growol dipercaya mencegah diare. Begini penjelasannya. Selama proses perendaman singkong mengalami fermentasi alami. Asam laktat yg dihasilkan sangat tinggi, mencapai 1.64 x 10 (pangkat 8) /gr growol. Bakteri tersebut bersifat anaerob, amilolitik dan fermentatif. Jenis probiotik yang terdapat pada growol adalah Lactobacillus casei subsp. merupakan bakteri yang memiliki aktivitas anti mikrobia, mampu menghambat pertumbuhan E. coli (berbagai sumber).

Tentu ini sudah didukung dengan beberapa penelitian, salah satunya yang dilakukan mahasiswa Gizi Kesehatan UGM pada penelitian epidemiologi yang melibatkan sekitar 472 anak berusia 1-5 tahun di Kabupaten Kulonprogo menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara frekuensi konsumsi growol dengan angka kejadian diare. Semakin tinggi frekuensi konsumsi growol, semakin kecil kemungkinan terkena diare. Untuk dapat mencegah kejadian diare, frekuensi konsumsi growol sebaiknya minimal 6,4 kali/minggu atau rutin setiap hari dikonsumsi. Responden yang tidak mengkonsumsi growol mempunyai kemungkinan menderita diare sebesar 47,4% dibandingkan responden yang mengkonsumsi growol.

Tantangannya, bagaimana mengangkat panganan lokal mengikuti kekinian jaman. Kami mencoba dengan Growol Mozarela Pusur.

Growol Mozarela-Fabio di Warung KaTa Pusur.

Tambahkan potongan keju mozarela di atas potongan growol, taruh di dalam oven, panaskan 10 menit, tambahkan sambal matah dan potongan daun adas, jadilah makan malam yg asik. Terutama buat mereka yg sedang diet, cocok nih makanan. East meets west - nya juga dapat banget.

Keju mozarela yg kami pakai hasil cooking class ibu-ibu RT 1 Ploso, Polan dengan Mas Chandra dari Yoghurt Fabio. Yes selain yoghurt, Fabio sekarang sudah memproduksi mozarela - by order. 

Kontak Yusup 0813.1780.5953 untuk detil info.

Paling enak yah langsung beli ajah growol. Di pasar-pasar sekitaran West Prog Kulon Progo bisa didapat growol. Bisa beli satu adonan utuh atau potongan. Beberapa warung juga menjual growol barengan geblek (bedakan dengan umpatan GEBLEG!) dan tempe benguk (tempe dibuat dari kacang benguk, gede-gede bijinya). Di claim sebagai ikon daerah yg sedang naek daun, growol dan geblek memang enak-enak sedap.

Resep growol untuk yg mau nyoba buat sendiri: http://www.jendelakuliner.com/resep-growol-makanan-khas-kulon-progo/

1 komentar:

  1. Embargo rasa memang mesti dilawan dengan varian pilihan rasa pula. Memoles makanan tradisional agar tampak menarik dan menggugah selera menjadi salah satu cara nya.

    Sampai sekarang, aku masih suka grontol jagung. Masih cukup dengan parutan kelapa.

    BalasHapus